Minggu, 21 Oktober 2012

Terjebak Rutinitas (Menjalani Hidup Seperti Air)


Menjalani rutinitas setiap hari seperti air yang mengalir, mengikuti alur sungai..air akan mengalir melalui alur yang lain, bila meluap, banjir dan jebol.. Haruskah hidupku seperti itu? Harus meluap atau jebol lebih dulu agar berbeda?

Detik ini juga, jemari tak bisa berhenti menorehkan huruf demi huruf, kata – kata demi kata tentang banyak hal. Apa lagi jika bukan hati dan pikiran sedang gelisah, lusuh hati, dan lusuh kemauan.
Ada benarnya globalisasi itu yang berkawan dengan liberalisme. Satu kata untuk mereka, kebebasan!
Bukan gelar ‘gurunya’ yang harus dipersalahkan, tapi rutunitas!

Tahulah aku mengapa harus menuliskan segelumit panjang–panjang kata mengenai makna kehidupan. Pramoedya Ananta Toer mengingatkan, “sepintar–pintarnya manusia, jika tak pernah menulis, maka dirinya akan hilang dari sejarah”. Ya, aku hanya menganggukan semboyan itu sekali–sekali bilamana dibutuhkan. Detik ini juga, jemari tak bisa berhenti menorehkan huruf demi huruf, kata–kata demi kata tentang banyak hal. Apa lagi jika bukan hati dan pikiran sedang gelisah, lusuh hati, dan lusuh kemauan. Semangat yang biasanya berkoar–kobar mengalahkan terangnya matahari, dan panasnya kompor, seakan padam tanpa abu. Juga hal–hal mengenai kebebasan berkarya, kebebasan ruang waktu, pun sebebas–bebasnya keinginan, detik ini pula berhenti mendetikkan ruhnya.

Hari berganti hari, layaknya soundtrack dari sinetron galaunya “tersanjung’, tidak juga berganti dengan nyata baru. Adanya hanya segelumit, yang selalu berputar–putar menjadi segelumit itu juga. Bagaikan waktu yang telah habis namun tak menemui suksesnya, peradaban telah runtuh. Membayangkan gemilangnya Majapahit, kuatnya maritim Sriwijaya, mewahnya peradaban Yunani–Romawi, aku terpanah, ingin menjadi seorang yang kompleks tanpa cela. Namun mimpi tetap mimpi, manusia hanya bisa mendekati. Persis seperti kata Herodotus, “Sejarah tak bisa menemui titik benarnya, hanya mendekati”, itulah diriku.

Hingga di suatu pagi dingin, matahari melambai hangatnya, angin tak bertiup kencang. Aku berhayal, menjadi seorang superstar, selevel Avril Lavigne, Jennifer Lopes, Nickelback, dan kawan–kawan. Menepis kegelapan dalam pikiran. Melambungkan segenap imajinasi. Andai, andai, dan andai. Ya, hanya berandai – andai menghadapi realita akhir–akhir ini. Ada benarnya globalisasi itu yang berkawan dengan liberalisme. Satu kata untuk mereka, kebebasan! Segelumit kata yang benar–benar sulit tampaknya untuk digapai. Belum lagi menyesuaikan diri dengan orang lain, sesuaikan ingin dan pikir seseorang, bukan sesuatu yang pantas untuk digampangkan. Jika diri ini menginginkan pembaharuan setiap hari, kreativitas yang tak pernah mati, dan segenap kebebasan berpikir, lingkungan hanya sedikit saja mendukung.

Bayangkan saja, dulu, semasa remaja, tak pernah ada ingin sedikit saja diriku ini untuk menjadi seorang guru. GURU! Seorang yang digugu dan ditiru. Artinya, seolah–olah tindakan guru tak boleh sedikit saja ‘ngawur’. Harus patuh, penampilan tak boleh banyak macamnya, dan tentu saja terjebak rutinitas! Hal yang sangat sangat sangat diluar kata favorit. Semestinya tak boleh lah manusia meratapi faktanya, tapi apa boleh jadi jika memang benar–benar ada dalam bayang kesuntukan. Semenjak pagi menunjukkan angka 7, pagar tertutup untuk boleh keluar masuk. Pakaian pun seragam, tanda kemonotunan telah dimulai! Harus mengikuti peraturan sekolah, sinisan guru bila sewaktu–waktu diantara kita bersalah, dan siap bercapek ria ketika sekolah membutuhkan, maklum, guru–guru praktek. Pun akhir–akhir ini batin juga merasa sangat terbebani. Bukan hanya karena menjadi pimpinan diantara guru–guru praktek itu, tapi juga harus menanggung sekompleks tanggung jawab sebagai guru. Bukan gelar ‘gurunya’ yang harus dipersalahkan, tapi rutunitas! Bahkan saat aku ingin menerapkan sesuatu yang baru, rasanya diri ini tak berhak. Bukan hanya masih bocah, tapi juga karna masih ‘muda’, mungkin. Tuhan, lepaskan semuanya dari keterbosanan. Aku tak mau terjadi realitas. Realitas bukanlah rutinitas. Setiap hari adalah hari baru, aku sungguh tak mau rutinitas!


Seorang artis keluaran sinetron Amerika “Dont Trust B* in Apartment 23” berkata, “jika ada sesuatu hal diluar rencana hidupmu itu muncul, bukan berarti hal itu kesalahan, just catch it and changes the world!” well, aku mulai mengerti apa arti rutinitas, di lain hari, aku siap membuat kejutan!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar