Dalam sebuah kesendirian dan kesunyian, otak nakalku seringkali
bertanya-tanya tentang hakikat terdalam atas eksistensi Tuhan. Tentu
saja ketakutan atas batasan penalaran dan kekafiran seringkali menyeruak
dan menjadikanku enggan untuk menelaahnya lebih lanjut. Namun
lagi-lagi, karena hasrat keinginan tahuanku yang menggebu-gebu dan tak
bisa kubendung menjadikanku kembali tertarik untuk meneruskan
pengembaraan yang katanya irasional itu. Di samping itu aku rasa juga
karena kemahadahsyatan akal yang dianugerahka-Nya. Jadi tak ada salahnya
kan jika aku ingin tahu hakikat terdalam sang pemberi Maha Dahsyat itu.
Toh jikalau otak udang ini tak mampu menemukan jawaban-jawaban
atas pertanyaan super sulit itu juga akan berhenti sendiri. Untuk itu
mari kita mulai menyelinapi hakikat dari realitas tertinggi tersebut.
Seringkali
aku berfikir apakah hakikat terdalam Tuhan itu? Apakah Dia
bereksistensi? Lalu jika begitu seperti apakah eksistensinya? Dan
dimanakah tempatnya jikalau semua yang bereksistensi itu terdapat dalam
ruang dan waktu. Lalu timbul lagi pertanyaan, katanya Dia tidak
diperanakan dan tidak pula memperanakan. Terus darimanakah Dia berasal?
Bagaimanakah proses terciptan-Nya. Apa mungkin Dia muncul dengan
sendirinya. Kalau toh muncul dengan sendirinya mungkinkah ada
sesuatu yang memicu kemunculan-Nya. Dan sebelum Dia muncul seperti
apakah kira-kira kondisi tempat yang menjadi persinggahan pertama-Nya
itu? Dan dimana pula letak persisnya?
Apakah hanya ruang hampa yang kosong, tapi kira-kira seperti apakah ruang hampa yang kosong itu? Ah,
semakin bingung saja aku. Semakin aku berusaha berhenti memikirkan
semua itu, justru semakin membeludak pula pertanyaan-pertanyaan baru.
Apakah mungkin aku sudah gila sehingga memikirkan itu semua. Tapi
seandainya aku gila, kenapa juga aku masih bisa merasakan nikmat yang
diberikan-Nya dan tidak mungkin pula kiranya aku bisa berfikir seperti
itu adanya. Ah,,,Tuhan siapakah sebenarnya Engkau. Mengapa
Engkau disebut Tuhan, dan bagaimana pula Engkau bisa disebut Tuhan?
Apakah itu hanya sebutan yang dibuat oleh makhluk-Mu agar berbeda dengan
ciptaan-Mu. Ataukah karena memang Engkau mampu menciptakan segala
sesuatu yang ada itu.
Tapi aku masih ragu, apakah benar bumi, planet dan lainya itu memang murni karya-Mu. Karena sampai sekarang aku belum tahu bukti valid yang riil terkait itu. Yang masih ku tahu secara rasional bahwa dunia ini tercipta dari proses dentuman besar (big bang) atau melalui dalil-dalil yang belum mampu menyakinkanku. Ataukah proses dentuman besar itu memang Engkau yang memicu. Tapi kenapa belum ada yang mampu membuktikan bahwa itu adalah karena-Mu. Aduh,,, semakin melilit saja pertanyaan-pertanyaan semua itu. Otaku serasa tak ada guna ketika semakin kuperas, tapi benarkah itu semua memang tak bisa dinalar? Ah,, aku belum percaya.
Lalu
aku masih belum puas dan ingin melanjutkan kekonyolan ini. Sehingga
lagi-lagi aku kembali meragukan Kebesaran-Mu. Benarkah Engkau akan
menunjukan wujudmu ketika para makhlukmu sudah kembali kepada-Mu dan
menempati dunia kekal akhiratmu. Tapi bila akhirat itu benar-benar
kekal, berarti ada yang menyamai sifat kekelan-Mu? Atau mungkin
sebenarnya akhirat itu tidak kekal? Jika tidak kekal lalu seperti apa
kehidupan pasca akhirat musnah? Akankah tiada makhluk dan kehidupan
lagi. Terus jika begitu, untuk apa Tuhan ada, atau mungkinkah Tuhan juga
akan tiada? Lalu bayangkan seperti apa kelak, jika tidak ada apa-apa,
tidak ada makhluk, tidak ada kehidupan, tidak ada ruang, dan tidak ada
Tuhan.
Bahkan aku sempat berfikir kalau surga dan neraka hanya sebuah rekayasa agar manusia ada beda dan tidak semena-mena. Pemikiran semacam apakah ini semua, dengan beraninya aku membelejeti tingkat otoritas dan sifat-Mu. Tapi salah atau kafirkah aku ketika berfikiran semacam itu. Sedangkan secara fitrah aku sudah Engkau bubuhi sifat ragu dan ingin tahu. Sampai-sampai aku masih ragu apakah dengan menjalankan shalat lima waktu sudah menjadi kepastian akan selamat dari siksa-Mu. Sehingga maklum jika sampai saat ini pun senam lima waktu itu jarang aku suguhkan untuk-Mu. Karena memang disamping itu aku rasa banyak jalan kebaikan yang Engkau berikan untuk hamba-Mu. Dan tentunya, menyembah-Mu bukan berarti hanya sujud kiblat itu.
Karena jika hanya begitu, betapa naas sekali nasib para hamba-hamba-Mu yang kebetulan agamanya tidak memiliki rukun semacam itu. Dan bisa saja ketika katakanlah masa pengisapan nanti tiba, mereka semua akan menggugat-Mu atas dasar diskriminasi kelahiran karena terlahir untuk zaman yang bukan penyempurna terakhir dari yang sebelum-sebelumnya. Wah, betapa ramai sekali kiranya, jika akhirat dibuat untuk orasi. Semua mengkoar-koar menyuarakan aspirasinya. Ah, mungkin itu semua hanya angan-angan konyol saja. Yang muncul dari benak dangkal wanita tak punya kesibukan sehingga berusaha mencari-cari kesibukan dan mengajak sibuk orang lain dengan memikirkan perihal yang katanya menjurus kepada lembah kekafiran. Jika anda merasa itu sudah melampui batas kewajaran dan menempati definisi kafir, maka saya sarankan anda untuk segera melantunkan kalimat syahadat (meskipun cuma sebatas ucapan dan belum tertanam sebagai sebuah keyakinan.)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar